Jumat, 26 November 2010

Friday Morning (Disaster) activity

Tiap hari jumat perusahaan kami bekerja selalu punya waktu untuk olahraga disela-sela aktifitas harian kami. Pada pagi hari satu kantor melakukan senam aerobik, malamnya para bapak-bapak yang tertarik futsal selalu stand by di Lampung futsal dekat Universitas Bandar Lampung.

Kejadian pagi ini memang extraordinary. Instruktur senam yang didatangkan punya gaya yang cukup unik. Alih-alih instrukturnya cantik, seksi, langsing biar senamnya semangat, yang muncul sebaliknya…

Salah seorang peserta berkomentar “Lha.. gimana mo mengajak biar kurus, instrukturnya sendiri malah “#!#$!#”. Lah habis itu gerakannya itu lho yang ndak nahan. Kayak tarian cakdoleng-doleng. Hadooh-hadooh, jadi risi sendiri. Maksudnya mungkin bercanda tapi ya kok kayaknya berlebihan. Wah-wah.. mang apa begini tow, kelakuan yang biasa di luar kantor kami. Apa mang di kantor-kantor lain, senam yang menurutku norak nih sedang gandrung.

Haa embuuh…

Read more ...
Selasa, 23 November 2010

Beragam Harga untuk Keluar Penjara

dari detik.com

Belum selesai kasusnya disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Gayus Halomoan Tambunan bikin heboh lagi. Kali ini fotonya yang sedang menonton tenis di Bali, jadi pembicaraan. Tentu saja, sebab statusnya adalah tersangka kasus pajak, yang sedang ditahan di Rutan Brimob, Kelapa Dua Depok. Untuk keluar tahanan, dia harus mendapatkan izin pengadilan. Padahal izin itu tak ada.


Sebenarnya seorang tahanan bisa keluar masuk sel tahanan, itu biasa terjadi di negeri ini. Demikian juga bagi meraka yang seduh ditetapkan sebagai terpidana. Hal itu selalu dialami oleh tersangka atau terpidana berkatung tebal, khususnya yang terlibat kasus korupsi. Dengan uang hasil korupsi, mereka dengan gampang menyuap para penjaga rutan atau lapas. Jika dibandingkan dengan uang yang dikorupsi, uang suap petugas rutan itu hanyalah recehan. Walapu para koruptor itu sempat mendapat hukuman denda mengembalikan harta negara, namun mereka tidak jatuh miskin. Lihatlah Gayus. Kekayaan Gayus yang diduga hasil menggelapkan pajak Rp 100 miliar di rekening bank sekitar Rp 28 miliar dan di safety box sekitar Rp 70 miliar, sebetulnya telah diblokir dan disita Mabes Polri. Toh Gayus mengaku telah menyuap Kepala Rutan Mako Brimob, Kompol Iwan Siswanto sekitar Rp 368 juta, plus mengaji aseua penjaga rutan setiap bulannya. Mabes Polri sendiri mengakui, Iwan Siswanto mendapat uang dari Gayus dengan kisaran Rp 50-60 juta. Jika Iwan menerima Rp 50-60 juta, anggota lainnya menerima bervariasi. Jumlahnya tentu lebih kecil dari Karutan Brimob yaitu Rp 5-6 juta.
Dari mana Gayus mendapatkan uang untuk menyuap Kepala Rutan Mako Brimob dan bawahannya itu? Sejauhini polisi belum menannyai Gayus soal itu. Atau, sudah ditanyai, tetapi belum diungkapkan ke publik. Sementara itu, kuasa hukum Kompol Iwan Siswanto, Burhan Bangun, mengatakan Iwan tidak tahu asal usul uang itu. Gayus memberi, dan Iwan menerima. Begitu saja. Yang pasti, tidak ada pendapatan lain dari Gayus; juga istri maupun keluarganya bukanlah orang kaya. Jadi, hasil korupsi Gayus masih banyak, sehingga dengan mudah dia bisa menyuap para petugas penjaga tahanan.


Jika Gayus bisa leluasa keluar masuk sel tahanan Brimob dengan uang recehan hasil korupsi, bagaimana dengan para koruptor yang juga disel di sana? Di tempat ini tercatat sejumlah tersangka atau terpidana kasus korupsi, seperti mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Aulia Tantowi Pohan, mantan Ketua KPK Antasari Azhar, Jaksa Urip Tri Gunawan, Direktur Hukum BI Oey Hoey Tiong dan mantan Kepala Biro BI Surabaya Rusli Simanjuntak, mantan Kapolri Jenderal Polisi (Purn) Rusdihardjo, mantan Kabareskrim Jenderal Polisi (Purn) Suyitno Landung, dan terakhir Komjen Polisi Susno Duadji. "Waktu saya mengunjungi Pak Susno di tahanan Rutan Brimob Kelapa Dua, besan Presiden SBY kan di tahan di sana juga, tapi jarang ada di ruang tahananya, sering keluar," kata salah satu sumber yang tak mau disebutkan namanya kepada detikcom.
Kebiasaan keluar masuk tahanan juga terjadi para tersangka yang di tahan Rutan Mapolda Metero Jaya. Sumber detikcmom mengatakan, ketika mengunjungi salah satu rekannya di sana dia berpapasan dengan salah satu pelaku korupsi pengadaan Kendaraan Pemadam Kebakaran (Damkar) bernama Hengky. "Saya lihat dia sedang membawa tas ransel. Mau ke mana Pak? tanya saya. Biasa mau piknik dulu nih, jawab orang itu," ungkapnya yang meminta tak disebutkan namanya itu.


Seperti diungkapkan mantan terpidana Anton Medan, keluar masuk penjara buat tahanan atau narapidana kaya, itu biasa. Praktek ini sudah berlangsung lama. Nyaris tak ada penjaga rutan atau lapas yang kebal uang sogokan. Praktek ini sudah menjadi tradisi, karena sama-sama untung.
"Tahanan atau narapidna untung karena bisa bebas dari sel, petugas untung karena dapat uang. Klop," katanya.
Praktek keluarnya narapidan ini sempat menjadi berita heboh pada 1996. Saat itu, koruptor kelas kakap Eddy Tansil kabur tidak kembali ke sel, setelah diberi kebebasan jalan-jalan. Menurut pengakuan petugas, Eddy Tansil dengan uang recehannya, biasa keluar penjara dengan berbagai tujuan. Namun, sapai hari tertentu, dia tidak kembali, alias kabur. Terpidana 20 tahun dengan penggelapan dana Rp 1,5 triliuan itu, hingga kini tak jelas rimbanya.
Tidak hanya keluar penjaran, para terpidana kaya juga bisa menikmati berbagai fasilitas yang berlebih, bagaikan hidup di hotel bintang lima. Seperti dialami oleh Artalyta Suryani alias Ayin, yang "kamar bintang limanya" dipergoki Satgas Pembernatasan Mafia Hukum, beberapa bulan lalu. Hal yang sama juga dinikmamti terpidana kasus suap Jaksa Urip Tri Gunawan. Dia bisa memimpin rapat perusahannya di ruang yang full AC, TV, Kulkas, perlengkapan fitness, dan ranjang empuk.


Menurut Koordinator Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane, ada dua modus yang sering digunakan tahanan korupsi keluar masuk bui. Pertama, resmi mengajukan surat, seperti sakit atau keperluan yang memang terkesan manusiawi sekali, padahal banyak rekayasa juga.

Biasanya surat akan diajukan ke penyidik sepeti kepolisian atau kejaksaan, setelah itu Kepala Rutan. Setelah diijinkan, tahanan akan dikawal 2-3 orang. "Tapi coba perhatikan, biasanya pengawalnya ke mana, tahananya ke mana. Dalam waktu tertentu, akan ketemu dan masuk bareng. Ini biasanya keluar pagi, masuk siang atau sore," ungkapnya.
Modus kedua, lanjut Neta, tanpa prosedur surat menyurat, yang memanfaatkan pejabat tertentu. Modus agak tinggi harganya. "Ada yang bulanan. Di sini mulai kepala rutan hingga petugas tingkat bawah dapat jatah bulanan. Nah, kalau penjaganya ganti-ganti, paling tidak menerima sekitar Rp 500.000 per orang per hari atau kalau dua orang bisa Rp 1 juta. Penjaga di mana-mana memang lebih kecil kecipratannya. Tahanan yang punya uang bisa memberikan jatah bulanan kepada semua petugas, sehingga dia sendiri mendapatkan kemewahan fasilitas di penjara," ujarnya.

Read more ...
Sabtu, 06 November 2010

"Sayang sapi nopo nyowo ?"

Demi memberi makan ternaknya yang ditinggal di rumah, beberapa warga Merapi rela mengadu nyawa dengan kembali ke daerah rawan. Padahal tindakan tersebut sangat berbahaya, mengingat beberapa desa di lereng Merapi masih diselimuti awan panas dan pasir membara yang telah merenggut puluhan jiwa.

Namun ada saja warga yang masih nekad dengan menerobos barisan polisi dan relawan yang memblokade jalan Kaliurang KM 24, dekat Universitas Islam Indonesia (UII).

Lepas barikade pertama, 50 meter kemudian laju motor yang dikendarai Suparman dengan setumpuk rumput di jok belakangnya kembali dihentikan dua orang anggota polisi lalu lintas. Kali ini, Suparman (26) tidak bisa lagi lolos.

"Jenengan sayang nyowo opo sayang sapi. Nek sayang nyowo balik lagi aja, sapi mati bisa diganti, nek nyowo sopo sing ganti (Anda sayang nyawa atau sayang sapi. Kalau sayang nyowo silahkan balik, sapi mati bisa diganti, kalau nyawa siapa yang mau ganti)," tegur polisi lalu lintas lengkap dengan jaket skotlight dan masker penutup kepada Suparman di Jl Kaliurang KM 14, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (6/11/2010).

Suparman berencana pulang ke desanya untuk memberi makan dua ekor sapinya. Lelaki bertubuh kecil ini merupakan warga dusun Watuadek, Desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman.

"Sapi kulo rong dino rung mangan Mas, mesakne Mas (Sapi saya dua hari belum makan, kasihan Mas)," ujar Suparman yang mencoba mengadukan nasibnya kepada beberapa wartawan dan anggota SAR yang berada di lokasi.

Anggota SAR yang ada di lokasi pun berusaha menjelaskan kondisi dusun yang akan didatangi Suparman. Wukirsari, tempat Suparman tinggal masih dalam kondisi berbahaya.

"Masih bahaya Mas, jangan ke sana dulu. Yang dibilang pak polisi betul, saya baru dari sana dan masih panas banget," ujar salah seorang anggota SAR kepada Suparman.

"Kecuali kulitmu baja, kados Gatotkoco nopo Superman, monggo. Nek jenengan cuma wong biasa mending ngandap mawon malih (Kecuali kulitmu baja seperti Gatotkaca atau Superman silahkan. Kalau cuma manusia biasa mending turun ke bawah lagi)," tambahnya.

Suparman sendiri mengaku sudah tidak tahu malu saat dirinya terpaksa meminjam sebilah arit untuk membabat rumput yang banyak tersedia di sekitar Stadion Maguwoharjo tempat keluarga mengungsi. Rumput dan ilalang yang kini menyesaki motor seyogyanya akan diberikan kepada kepada dua ekor sapi peliharaannya yang ditinggalkan di rumah.

"Duh wis isin, malah ra isoh munggah. Trus nggo opo iki (Sudah malu tapi ternyata tidak bisa naik. Buat apa rumput ini)," keluh Parman.

Sebenarnya Parman sudah mendengar adanya ganti rugi yang diberikan Pemkab Sleman untuk ternak yang mati akibat meletusnya Merapi. Tapi Parman sendiri tak yakin bila hal tersebut akan ditepati, terpaksa ia pun mengadu nyawa dengan memberikan pakan untuk dua ekor sapinya.

"Seringe ndobos mas, nek ndobos kan kulo sing rugi (Seringnya bohong mas, kalau bohong kan saya yang rugi)," ujarnya polos.

Namun Parman pun segera diberi jaminan oleh beberapa warga sekitar yang merasa iba dengan bapak satu putra ini. "Nek ndobos, iki akeh wartawan, lapor no. Engko ditulis, diberitakne gede-gede, pasti diganti sapimu (Kalau bohong, disini banyak wartawan, laporkan. Biar diberitakan besar-besaran, pasti diganti sapimu)," ujar warga sekitar
yang mencoba menasehati Parman.

Banyak orang yang memberi nasihat, membuat Parman luluh. Setumpuk rumput yang telah diikat itupun akhirnya terpaksa ia bawa kembali ke tempat pengungsian.

"Nggih kulo mandap mawon, monggo sedoyonipun (Iya saya turun saja. Permisi semuanya)," ujarnya sambil meninggalkan lokasi menuju pengungsiannya di Stadion Maguwoharjo.
Read more ...